Desa Palaan, tempat aku dilahirkan tak terlalu besar wilayahnya, tapi
sudah membuatku bangga atas desa ini. Serasa menyangkut di hati jika
aku tak menceritakan bagaimana asal usul desa yang telah aku tinggali
sejak lahir.
Zaman dahulu hiduplah
seorang yang lahir di
tanah Palaan. Tapi, sebelum menjadi nama Palaan, masih berupa hutan.
Orang itu bernama Mbah Sentu alias Wongsonegoro berasal dari tanah
Mataram. Disini Mbah Sentu membuka hutan untuk dibuat tempat untuk hidup
dan menanam untuk bekal hidupnya. Setiap hari membuka hutan terus
sampai luas. Bersama dengan itu, disisih barat juga ada yang membuka
hutan. Jadi Mbah Sentu memberi batas berupa Pal, dan di cat berwarna
merah bagian tengahnya. lama-kelamaan hutan yang dibuka oleh Mbah Sentu
dinamakan desa Palaan, sebab batas Pal yang dicat warna merah. Batas Pal
ini mempunyai kegunaan bagi warga desa Palaan, yaitu menurut cerita
dari orang-orang Palaan pada zaman dahulu, lusa pada saat gunung Semeru
dan gunung Kawi meletus warga Palaan tidak boleh berlari ke timurnya Pal
(tugu batas), sebab Pal itu batas dari air lahar dari kedua gunung
tersebut. Tak banyak yang dapat aku catat hanya rangkuman hasil
wawancara aku bersama sesepuh desa bernama Pak Kir.